Senin, 21 Juli 2008

Ternyata aku tak setegar itu...

Home, 9 Mei 2008

Rupanya tak gampang membuat hati ini teguh dan kuat. Tetap saja air mataku menetes. Tadi malam bener-benar terasa tak bersemangat. Setiap malam yg biasanya bisa asyik ngobrol dengan teman di dunia maya, rasanya benar-benar hambar.

Pukul 22.30 aku putuskan untuk berangkat tidur. Ku bersihkan muka dan menyikat gigi lalu wudhu dan sholat. Kupanjatkan do’a memohon keikhlasan dan ketegaran menghadapi semua cobaan.

Kubaringkan badan diatas kasur, hiks..hiks…tak terasa air mata ini jatuh juga. Padahal aku sudah berusaha menahannya. Aku ingin jadi lebih kuat, lebih tegar dan nggak cengeng. Tapi tetap saja tak bisa. Bayang-bayang dari efek penyakit yang sudah ku derita terus menghantui.

Gimana kalo nanti begini-begitu? Pertanyaan seperti ini terus muncul dibenakku. Gimana kalau ternyata aku tak lama lagi hidup? Waah, benar-benar tak bisa tertahan lagi. Aku menangis sejadi-jadinya.

Ku paksakan agar mata ini terpejam, tapi tetap tak bisa. Sesaat aku tertidur dan aah, aku ketindihan. Untung aku bisa melawan gangguan ini. Pasti karena terlalu banyak beban yang ku fikirkan.

***

Shubuh aku sudah bangun dan bergegas sholat. Setelah sholat aku mandi dan tilawah qur’an. Sampai detik itu keadaan masih baik-baik saja. Hingga saat aku makan dan selesai makan aku berdebat sedikit dengan umi.

Sungguh aku hanya ingin diperlakukan sewajarnya. Aku tak mau mereka terus saja mengungkit masalah skripsi yg memang belum jelas ujung pangkalnya. Aku hanya minta diberikan keleluasaan untuk menghadapi skripsi dgn tenang. Ternyata respon umi tak sama dengan yang aku pikirkan. Umi tersinggung dengan ucapanku seolah bahwa aku hanya anak yang suka membantah.

Aku hanya ingin bilang agar mereka memahami kondisi aku. Aku ini memang berbeda dari anak pada umumnya. Secara fisik, aku diberi bakat penyakit yang bisa sewaktu-waktu timbul. Aku hanya ingin umi dan abi memahami posisi itu. Mungkin karena sedang emosi atau apa, jadilah kami berdebat. Aku sakit hati lantaran memang kondisi kesehatan ku mulai bermasalah dan memori ‘rasa sakit itu’ muncul kembali. Aku takut sesuatu yang lebih berat lagi akan menimpaku.

Umi tetap tidak mau terima lantaran aku menuding penyebab kambuhnya penyakit ku adalah sikap ortu yang selalu saja membicarakan mengenai skripsi. Mereka membantah hal tersebut karena bagi mereka aku lah yang salah karena tak bisa jaga kondisi.

Terserahlah, yang jelas saat ini aku hanya butuh support, bukan tudingan dan vonis. Jujur, ternyata berat bersikap tegar dan ceria seperti tak terjadi apa-apa. Karena aku tahu, aku sakit.

mmm..entahlah. Mungkin memang aku harus kembali lagi ke kosan. Menenangkan diri dan serius dengan skripsi. Kini aku hanya bisa pasrah dan ikhlas menerima semuanya. Aku tak bisa berharap pada belas kasihan dan perhatian siapapun kecuali Allah swt.

Do’a ku semoga senantiasa diberikan kekuatan, ketegaran, dan kesiapan dengan segala hal yag bakal terjadi nantinya. Istiqomahkan aku ya 4w1. Buat aku bisa memanaj emosi ku karena saat ini aku benar-benar sensitive. Ya, walaupun memang itu bagian dari gejala penyakitku.

Udah ah..aku tak mau air mata ini menetes lagi…Aku cape……….

Tidak ada komentar: