Senin, 21 Juli 2008

memberi lebih indah dari menerima


Masih ingat kan pada 26 juni 2008 adikku di rawat di RS Mata Aini karena mata kananya mengalami gangguan penglihatan. Ya, stelah tahu kemarin ia terkena serangan pada mata kirinya, kini giliran mata kanannya yang harus merasakan sakit yang sama. Setelah diberikan suntikan steroid selama 3x akhirnya penglihatannya membaik. Setelah peristiwa itu adik ku pun diperbolehkan pulang dengan tetap mengkonsumsi obat dari dokter.

Setelah 8 hari istirahat di rumah, kami pun berencana liburan keluar kota. Melihat kondisi adik yang sudah membaik, akhirnya kami pergi liburan ke gubuk kami di Sukabumi, Goalpara. 7 juli 2008 kami berangkat dari jakarta.

Kepergian kami ke sana bukan tanpa maksud. Kami memang ingin mengadakan tasyakuran dan membagikan sembako untuk warga sekitar. Tibalah hari pertama disana, kegiatannya adalah belanja kebutuhan pokok yang akan dibagikan. Untuk hal ini diurus oleh umi. Aku mau ikutan, tapi ternyata dilarang. Takut kecapean katanya.

Sigkat cerita, tibalah malam kedua di gubuk kami. Acara pun telah siap digelar. Anak-anak dari desa ini ikut berkumpul. Nah, untuk hal yang satu ini memang sudah tradisi. Katanya, anak-anak selalu berkumpul setiap kali ada acara ‘selamatan’ berharap mendapat hadiah berupa sebungkus mie instan. Subhanallah

Anak-anak berkumpul dan bermain di halaman gubuk kami. Mereka berbincang dan bercanda. Seuara riuh pun tak terelakan. Aku selaku anak pertama dikeluarga kami, diberi tanggung jawab untuk menengkan anak-anak tersebut. Menguji kemampuan ‘anak komunikasi unpad’ katanya. Tanpa pikir panjang, aku langsung setuju.

Kali ini anak-anak yang berkumpul telihat lebih ceria, pasalnya sudah berdar gosip bahwa kami telah menyiapkan bingkisan yang lebih banyak dari yang biasa mereka terima. Ya kami memang menyiapkan bingkisan ulang tahun seperti yang biasa kami buat di jakarta. Bahkan bagi kami bingkisan ini masih terlalu sederhana dibanding yang biasa dibuat oleh keluarga yang merayakan ulang tahun di Jakarta.

Sungguh terharu aku melihat mereka begitu gembira. Ada tawa yag tersembul dari wajah-wajah polos anak-anak. Setelah sholat isya selesai dan para tamu datang, aku berusaha menggiring anak-anak menuju masjid. Dengan suara lantang aku mengajak mereka dan hasilnya semua anak-anak nurut. Tentu saja, wong aku iming-imingi hadiah. Hahaha

Aku mulai membuka acara dengan mengucap salam. Semua menjawab dengan semangat. Sampai suara menggelegar di dalam masjid. Lalu aku langsung mengajak anak-anak tampil ke depan untuk memperkenalkan diri dan menampilkan apa yang mereka bisa. Tentunya aku memberikan reward berupa uang Rp 3000 untuk setiap anak yang berani maju.

Bagi kita yang tinggal di kota besar, mungkin jumlah segitu kecil banget. Tapi reaksi mereka sangat berbeda dengan yang aku banyangkan. Wajah mereka jadi sumringah. Bahkan anak-anak yang tadinya malu dan takut, jadi berani. Ya mungkin termotivasi dengan jumlah uang yang diberikan.

Setelah 45 menit kami berkumpul, aku merasa telah cukup malam karena saat itu waktu menunjukkan pukul 20.00 wib. Aku memutuskan menutup acara dan membagikan bingkisan ‘’ultah’’. Waja mereka begitu bergairah dan antusias. Puas rasanya bisa berbagi. Walaupun mungkin itu terlihat sepele dan amat biasa tuk ukuran masyarakat Jakarta.

Faktanya, menurut warga di sana untuk makan mie instan saja mereka benar-benar kesulitan. Pantas saja bingkisan kecil-kecilan itu disambut dengan sangat antusias dan bahagia.

Ternyata benar, memberi bisa bikin kita bahagia. Bahkan jauh lebih bahagia dibanding saat kita menerima. So, jangan pelit-pelit ya!!!

Tidak ada komentar: