Kamis, 11 Juni 2009

Semoga kejadian seperti ini tak terulang lagi

PRIHATIN. Cuma kata itu yang pantas menggambarkan kesedihan saya begitu melihat beberapa kejadian buruk yang dialami pasien-pasien RS Omni Internasional. Kasus ibu Prita, yang mengeluhkan pelayanan buruk dari RS tersebut dan beberapa hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak akurat malah membuat beliau di giring ke penjara. Kasihan sekali nasibnya. Padahal, dia layaknya konsumen yang complaint atas kualitas buruk/barang reject bila diibaratkan dalam kegiatan jual-beli. Kenapa jual/beli? Ya, karena RS menjual jasa. Dan kami, para pasien, seharusnya diposisikan sebagai RAJA.
Pagi ini, lagi-lagi saya melihat kasus yang menimpa seorang ibu yang melahirkan anak kembarnya dalam keadaan premature di RS Omni Internasional. Ada dugaan bahwa anak kembarnya mengalami malpraktik oleh seorang dokter yang menanganinya. Ups, saya tidak akan berpanjang-panjang pada bagian ini.
Mengapa kejadian ini sampai segitu pentingnya buat saya?
Karena sebenarnya kasus ibu Prita bukanlah yang pertama, ya tapi beliau mungkin memang di skenariokan Allah harus curhat di milist dan kemudian berujung jadi kasus yang panjaaaaaaaaaaaaaaang hingga saat ini. Paling tidak beliau telah membuka jalan buat para pasien di seluruh RS di Indonesia, bahwa kita punya hak menuntut keadilan.
Saya pun sebenernya bukan tidak pernah mengalami hal-hal semacam ini. Akhir 2007 lalu saat saya di vonis sakit hipertiroid, saya juga pernah mengalami hal yang bahkan jauh lebih parah dari Ibu Prita. Saya dirawat di RS karena tiba-tiba terserang demam tinggi dengan mual yang sangat. Saya muntah-muntah. Kacau, keadaan benar-benar ktitis. Membuka mata saja sudah sulit. Keluarga saya sudah sangat pasrah, sudah menyiapkan diri jika nanti saya dijemput yang Maha Kuasa. Tak ada kejelasan tentang penyakit saya. Hasil lab darah tak saya dapatkan. Anehnya tiba-tiba obat yang sebelumnya saya minum, dihentikan penggunaannya. Kesimpulan pribadi, saya keracunan obat. Masya Allah, untung saya masih selamat.
Akhirnya karena saya tahu, complaint pun tak akan berujung baik, saya memutuskan untuk dadah bye bye dengan RS dan dokter tersebut . Kemudian pindah ke RS lain dan mendapatkan dokter yang jauh lebih baik.
Saya heran, kenapa posisi pasien di RS di Indonesia, tidak seperti posisi pembeli pada sebuah transaksi jual-beli. Padahal pasien seharusnya =RAJA. Dan dokter harus berlaku seperti pelayan bagi setiap pasiennya. Ups, maaf ya para dokter. Tapi kalian ‘makan’ dari uang kami (sori nih agak kasar).
Sering saya temukan di lapangan. Ada baaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanyak sekali dokter yang memosisikan dirinya sebagai orang yang jauh lebih pintar dari pasiennya. Walaupun kenyataannya, memang dokter lebih pintar dari pasien. Justru itukan gunanya dokter. Nah posisi seperti ini harusnya mulai diubah.
Mestinya saat di bangku kuliah fakultas kedokteran, calon-calon dokter, diingatkan tentang posisi mereka yang sesungguhnya. Bahwa mereka adalah PELAYAN MASYARAKAT. Meski secara kognisi mereka jauh lebih pintar, mereka harus sadar bahwa mereka hidup dari uang pasien. Akan lebih enak, kalau dokter sudah paham posisinya. Maka saat bertemu dengan pasiennya, dokter melakukan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Pasien yang datang “menyerahkan diri” , jangan malah kemudian dihakimi. Biasanya, pada saat seperti ini, dokter tanpa ba-bi-bu langsung memberikan resep. Halooooo, kami tak hanya butuh itu dokter?!Kalau pasiennya seperti aku, aku tak lantas nurut gitu aja, aku pasti tanya ini-itu. Celakanya, kadang pasien juga takut bertanya pada dokternya. Hmm…kalo udah kaya gini, kasian banget deh .
Gini nih beberapa tips untuk para pasien:
1. Saat sakit dan bermaksud datang ke RS atau klinik, biasakan untuk memilih dokter yang pas dengan keluhan penyakit anda. Kalau memang tidak mengerti, jangan malu untuk bertanya kepada pihak administrasi. Ga percaya sama keterangan mereka? Tanya rekan anda deh, siapa tahu ada yang berpengalaman sama seperti anda.

2. Setelah bertemu dokter dan mendapatkan keterangan, coba gali lagi, apa penyebab penyakit anda, bagaimana gejalanya dan apa yang mesti menjadi pantangan. Jangan lupa, jelaskan riwayat penyakit anda. Karena, dokter sering memberi obat yg ternyata berakibat fatal memicu kekambuhan penyakit lain yang ada di tubuh kita.

3. Minta dokter anda member surat pengantar cek laboratorium untuk memperkuat diagnosis nya.

4. Kalau ternyata setelah hasil cek laboratorium tidak di dapati penyakit yang di vonis-kan kpd anda, mulai deh cari second opinion. Pindah RS, atau pindah kedokter lain aja. Karena tidak tertutup kemungkinan, dokter anda tidak kompeten dalam hal ini.

5. Yang terakhir ini cukup penting, cari informasi dari berbagai sumber. Terutama internet. So, jadi pasien yang cerdas ya!

6. Coba cari alternative pengobatan herbal. Hmm…ini penting banget loh. Karena obat yang diresepkan dokter mengandung banyak sekali bahan kimia. Jadi, herbal membantu memperbaiki organ lain yang ikut ‘’terlukai’’ oleh obat kimia itu. Ga mau kan?! Bakal jadi komplikasi penyakitnya… Tapi obat dari dokter tetep diminum loh!

PS: Buat dokter dimanapun kalian berada, bekerjalah dengan hati, karena dengan itu, anda jadi punya ketulusan…Pasien juga manusia, maka pelakukan kami sebagai manusia...

Tidak ada komentar: