Senin, 24 Agustus 2015

Penganten dadakan (Part 1)

Mendadak. Kata itu tak asing lagi buat saya. Tak terencana, serba acak, emang udah jadi 'gaya gw'. Dan ga pernah kebayang sebelumnya, kalo ternyata gaya dadakan bakal ikut juga pada rencana penting bernama 'pernikahan'.Jodoh Enggak  Dicari Datang SendiriAwalnya, saya juga nggak percaya sama kalimat itu. Tapi, ini beneran kejadian. Scene kehidupan saya, tiba-tiba berubah begitu saja. Menarik. Ada hal super mengejutkan setelah beberapa scene yang 'lucu' dan sedikit mengganggu sempat melintas.Siapa sangka saya malah akan menikah dengan orang yang sama sekali belum pernah saya dengar namanya, belum pernah saya lihat parasnya, dan tentu saja belum saya kenal pada mulanya.Memang, belakangan saya jadi merasa 'harus segera menikah'. Lantaran beberapa orang sudah menyindir soal usia, kesiapan dan kemapanan. Meski awalnya saya cuek. Tapi lama-lama kepikiran juga, apalagi setelah usia 23 bertengger. Hmm, sesuai rencana dan do'a saya sejak kuliah. Saya ingin menikah pada usia 23.Beberapa bulan sudah berlalu, 23 pun sudah 'nempel'. 2010 pun sudah menjelang akhir. Nampaknya tak ada tanda dan gejala saya bakal menikah tahun ini. Sempat ada beberapa yang ngajak ta'aruf. Ada yang brani 'maju' ada juga yang titip-titip salam lewat rekan yang lain. Yang lebih ekstrim, langsung 'nembak'. Hahaha...lucu-lucu kalo diingat. Meski pada akhirnya saya menanggapi dengan dingin.Do'aMemang doa yang jadi senjata saya. Kalau teman-teman lain ikut sibuk 'mencari' dengan bergaul dan memperbanyak link teman lelaki, saya cenderung santai dan ga kepikiran cara-cara itu.Saya memang ga pernah kepikiran bakal nikah sama teman-teman lelaki saya hahaha...Mungkin karena itu juga, Allah memberi saya 'orang lain'.Jadi, yang saya perkuat hanya doa. Sembari mengamini tiap celetukan bcandaan atau serius dari orang-orang. Biasanya rekan sering mengatakan " ficca duluan aja", lantas saya menjawab sambil bcanda sebetulnya " aamiin". Rupanya candaan itu dianggap serius para malaikat :D.Lebih parah lagi, belakangan saya malah suka menjawab asal tiap ada kenalan orang tua yang selalu seneng nanyain hal-hal macam ini. "Kapan fi nyusul si A?" Atau "Kapan nih nikahnya?". Entah kenapa saya suka usil saat itu. Saya suka ngarang jawaban "Taun depan insya Allah", atau " Bentar lagi kok, tunggu aja undangannya". Padahal saya bahkan tak punya incaran sama skali, (kalo yang ngincer sih banyak, wkwkwk). Ya, lagi-lagi jawaban super usil saya itu dianggap serius oleh malaikat. Jadilah sekarang, saya mendadak pengantenan :)).Ketulah Membawa Berkah Benar kata orang tua dulu, hati-hati dengan lisan, bisa-bisa berbalik omongan. Saya beneran ketulah sekarang :D. Dulu saya bilang, ga mau nikah sama 'orang bank', ga kepengen nikah sama orang padang. Dan ga kepengen bgini-bgitu yg ternyata justru melekat pada calon saya itu :P. Eh, saya malah kedapetan yang demikian. Hahaha, اَلْحَمْدُلِلّهِ saya bisa menerimanya dengan lapang.Hihiy, tapi dari sini saya belajar. Bahwa benar apa yang difirmankan Allah. " Bisa jadi yang menurut kita baik, belum tentu baik untuk kita. Dan boleh jadi yang bagi kita buruk, justru baik untuk kita". Nah, ini jadi 'pegangan' saya. Jadi, ga lagi pake logika selera hehehe. Saya turuti saja apa yang Allah tuntunkan bagi saya. اَلْحَمْدُلِلّهِ , semua jadi lapang dan mudah diterima :). Semoga kami bisa saling melengkapi nantinya.Hanya Sebulan Saja101010, Entah ini ide disengaja atau memang cuma punya waktu ditanggal itu. Dia, mengabarkan akan datang ke rumah saya . Kami ta'aruf, kenalan untuk pertama kalinya. Didampingi guru ngajinya, umi dan abi saya juga.Sebelum pertemuan itu, saya sakit perut sejadi-jadinya. Seperti menderita maag akut. Sakit bukan main. Mirip derita nyeri dihari ke-2 datang bulan. Lucunya, nyeri ini hilang begitu saja ketika abi mengungkapkannya sesaat setelah saya duduk di ruang tamu.Saya tak duduk berhadapan. Saya duduk berselang jarak kurang lebih 1m. Kami saling pandang, hmm, hanya sesekali. Saya mendapati ia grogi sekali. Berharap ditanya, malah saya yang bertanya. Pertemuan panjang itu bahkan tak berbuah apa-apa. Info yang saya dapat tentangnya nyaris tak ada.Dari Email, YM, Hinga BbmSaya menganggap pertemuan pertama itu 'gagal'. Selanjutnya media email, chatting, bbm yang jadi pilihan. Celakanya si dia ternyata ga cocok dengan cara demikian. Bagusnya saya ga diam menunggu, tapi saya mulai mengirim email duluan. Deretan pertanyaan yang jadi PR (pekerjaan rumah) nya saya kirim, berharap direspon dengan cepat walau nyatanya semua berjalan agak lambat.Hingga beberapa hari email tak kunjung dijawab. Parahnya, abi sudah ribut tanya progressnya gimana? Beliau bilang kalau prosesnya serba lambat, disudahi saja.Kembali, saya yang ambil tindakan duluan. Akhirnya jawaban demi jawaban terjawab melalui bbm juga YM. Meski saya mesti bersabar dengan respon chatting yang (bagi saya) paling lambat dibanding rekan chatting-an saya yang lain. Saya ikuti saja.Hingga akhirnya saya memberi tenggat waktu 2 pekan sejak pertemuan pertama itu. 2pekan untuk menentukan apakah kita lanjut atau bubar. Sembari terus menanti jawaban istikhoroh yang tiap hari kami jalani.To be continued...RegardsFii dalam harap semua lancar-lancar saja

Tidak ada komentar: